Posting dari : Alfigenk Ansyarullah
3. Keluarga kampung Kadi
Saya
menjadi pengangguran ketika harus pulang kampung sehabis kuliah, tidak ada
kerjaan yang menghasilkan uang, membuat saya hampir beberapa kali seminggu naik
sepeda pergi ke perpustakaan daerah di Barabai, sekedar membuang waktu, membaca
surat kabar yang tidak mampu saya beli, saya terbiasa membaca surat kabar
semenjak kuliah, berjobel dan antre di sudut kampus saya dulu…kampung saya
berada beberapa kilometer dari pusat kota, bersepeda membuat saya sedikit
berkeringat, dan mengingatkan masa kecil saya yang dulu penuh dengan hari-hari
bersepeda ke sekolah, saya di beri uang saku sekedar dapat saya membeli
beberapa batang rokok, dan tidak pernah saya tabung, karena ketika saya tabung
pun, tak akan mampu membeli sebungkus rokok dalam seminggu kemudian, keluarga
saya adalah keluarga sederhana biasa, dan ini membuat saya sangat bersyukur
dengan apa yang telah diberi, sambil juga malu,bahwa sudah sarjana masih saja
minta uang dengan orang tua..tapi kampung halaman dalam banyak hal tetaplah
menyenangkan, kadang saya masih ingin mencuri buah asam di sawah, pekerjaan
saya waktu kecil dengan teman-teman diwaktu kecil hehe…tapi jangan lama-lama
dikampung, meski sampai sekarang saya sudah merasa bosan,,,saya hanya
menghabiskan masa kecil saya dikampung, dan ketika beranjak remaja, saya
sekolah ke kota lain..
Tak
apa lah naik sepeda, orang-orang di Negara maju masih suka naik sepeda,
dosen-dosen saya diwaktu kuliah mengajari saya dengan perilakunya tentang arti
rendah hati, naik motor jadul ke kampus sambil tersenyum lembuh, tapi
sebenarnya di rumah punya mobil Mercedes..tapi dikampung saya akan susah
mendapati orang motor jadul, jika tetangga beli motor baru, maka sebisa mungkin
juga akan beli motor baru, dan susah mencari orang dengan senang hati naik
sepeda kecuali terpaksa, katanya naik sepeda capek dan panas, anak-anak sekolah
semua pakai motor baru,,saya jadi ingat salah satu sebuah sekolah terbaik
dikota saya sekolah melarang anak muridnya naik motor dan menganjurkan naik
sepeda,,, hmm, saya tidak mau berkomentar banyak tentang keadaan kampung saya sekarang,
anda-anda bisa menilainya sendiri apa yang telah terjadi.. tapi sedikit
rahasia, saya sungguh sangat suka dengan seorang gadis yang naik
sepeda,sepertinya terlihat lembut,terlihat cantik,gimana gitu,auranya muncul
beriring laju sepedanya..hehe
Kata
pembuka saya rupanya beberapa paragrap, sengaja saya begitu, agar mengantar
anda untuk mau sedikit memahami kampung saya, mungkin sedikit membayangkan
saja.. tak ada ruginya saya naik sepeda, rupanya karena saya mendapati sesuatu
yang baru, saya seorang Sarjana S1, seperti juga begitu banyak Sarjana
dikampung saya dan kota kecil saya, saya mempunyai gairah dalam hal yang berbau
ilmiah, saya tidak menulis tulisan ini dalam gaya tulisan ilmiah akademik yang
membosankan, karena sejujurnya saya tidak meniliti dengan jalan ilmiah penuh,
tapi mungkin cukup lah ini akan membuka sedikit membukan wawasan kita semua.
Suatu
hari dibulan puasa, saya membaca diperpustakaan sebuah surat kabar daerah,
mewartakan tentang kegiatan sebuah keluarga disebuah mesjid bersejarah di
Barabai, kegiatan itu dihadiri oleh Gubernur Kalimantan selatan dan beberapa
tokoh penting Kalsel, mereka menyatakan bahwa mereka adalah keturunan pendiri
mesjid tersebut, yang jadi masalah bagi saya adalah pertama, saya tidak
sedikitpun kenal mereka dan yang kedua, Mesjid Keramat yang bersejarah tersebut
adalah kampung halaman kakek dan ayah saya,tujuh turunan disana, dan tanah
keluarga besar kami berada mengililingi mesjid, meski sebagian besar tanahnya
sudah dijual oleh kakek dan keluarga saya hehehe..
Barabai
Adalah Ibukota dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah, maka secara kebiasaan
kabupaten ini disebut dengan nama Barabai untuk menyebut Kabupaten ini secara
keseluruhan. terletak didaerah yang disebut dengan Hulu Sungai, tepat berada
ditengah-tengah Provinsi Kalimantan selatan, dengan Pegunungan Meratus
disebelah timurnya. penduduknya saat ini diperkirakan kurang lebih 300.000
orang.
Ini
adalah awal saya memulai meneliti secara serampangan tentang keluarga saya dan
keluarga lainnya, dalam waktu satu tahun ini saya berhasil mendapatkan beberapa
informasi dan sedikit hepotesa, ada beberapa keluarga besar di Barabai yang
mempunyai pengaruh kuat, yang mempunyai jaringan keturunan luas, baik di
barabai sendiri, dan tentu juga dikalimantan selatan, bahkan Nasional. Jika
anda orang Barabai atau keturunan Barabai mudah-mudahan hal ini akan mempererat
silaturahmi, berikut adalah penjelasannya:
1. Keluarga Besar Mesjid Keramat Desa Palajau di Pandawan
Menurut
buku sejarah mesjid ini yang ditulis berdasarkan tutur temurun adalah didirikan
utusan dari kerajaan Demak diawal pengislaman kerajaan banjar, salah seorang
utusan itu yang namanya bernuansa arab bermukim dan mendirikan Mesjid Keramat
Palajau, sewaktu mesjid dipugar ditemukan sebuah silsilah yang ditulis dengan
bahasa arab yang menyatakan pendiri mesjid (biasa disebut Datu Palajau) adalah
seorang keturunan Demak, (kemungkinan seorang yang berkerabat dengan para Wali
Songo jika dilihat dari nama yang berbahasa Arab), ada sebuah tombak yang
sewaktu pemugaran dijual untuk biaya pemugaran, dan ada juga pedang bertuliskan
arab dan tanggal tahun pembuatannya dipercaya dari demak yang disimpan oleh
salah satu keturunan Palajau. Beberapa keluarga masih menyimpan beberapa benda
antik peninggalan keluarga yang sebagian berkerabat jauh dengan keluarga
kerajaan Banjar.
Sebagian
orang mengatakan Palajau adalah kampung asal dari Barabai, kenyataan yang benar
adalah bahwa daerah Barabai yang dulu bernama berdasarkan nama Sungai Labuan
Amas dan Batang Alai memang pernah dipimpin oleh beberapa keturunan Palajau,
kota Barabai sendiri dibangun oleh Belanda. sebut saja Kiai Martapati puncuk
pimpinan wilayah labuan amas di masa kerajaan banjar, salah satu petinggi dalam
kerajaan banjar, dan cucunya ki demang Yudha Negara ditahun 1800 adalah
pemimpin labuan amas semasa hindia belanda, kemudian diteruskan anaknya Kiai Ahmad
Dahlan diawal abad 20 yang pemimpin daerah Batang Alai, kemudaian salah satunya
anaknya Kiai Syarkawi menjadi gubernur Kalimantan selatan ditahun lima puluhan.
saya juga pernah melihat silsilah yang namanya Tumenggung kertanegara,
kemungkinan ayah atau kakek dari kia martapati yang menjadi salah seorang
mantra sikap kerajaan banjar.
Kiai
Martapati diyakini bermukim di palajau, dan keturunannya banyak di Palajau,
Mahang dan Pandawan, sebagian keluarga beliau ada di Banua Kupang seperti yang
menjadi pambakal (kepala desa) yang bergelar ki Ngabi Kerta Negara dan ada juga
yang di Amuntai ki Ngabi Wira Kerta Negera. Salah seorang perempuan keturunan
dari kiai Martapati menikah di amuntai yang salah satu keturunannya yang
terkenal sebagai pemimpin amuntai waktu itu Tumenggung Yuda Negara, sebagian
keturuan mereka menempati posisi penting dikalimantan selatan.
Jaringan
keluarga ini tersebar di barnyak baik dari laki-laki maupun perempuan, seperti
Birayang, Rangas, Wawai, dan Lok Besar, juga ada di Pantai Hambawang. Keluarga
ini dahulu sangat banyak menurunkan ulama, sampai sekarang saya masih mengenal
beberapa ulama keturunan mereka. Beberapa sangat terkenal dimasanya, bahkan ada
yang menjadi Qadi di Martapura (Martapura merupakan ibukota Kerajaan Banjar dan
sekarang menjadi Pusat santri di Kalimantan)
Keluarga
ini juga mempunyai kekerabatan dengan keluarga kerajaan Banjar, ini terlihat
dari nama-nama mereka yang mempunyai gelar Andin, (jika istrinya dari keturunan
bangsawan banjar yang bergelar Gusti atau Antung, dan suaminya orang biasa,
makanya anaknya dapat di beri gelar Andin, atau Nanang atau Anang untuk
laki-laki dan Galuh untuk perempuan, gelar ini selanjutnya tidak dapat
diturunkan lagi)
Dijaman
perang Banjar, Pangeran Hidayatullah pernah bermukim di Palajau, dan ketika
pasukan Belanda mendekat atau lewat Mesjid di Desa Palajau ini maka mereka
menjadi muntah darah, hal ini lah yang membuat mesjid itu kemudian diberi nama
Mesjid Keramat.
2. Keluarga besar Mesjid Al-A’la di
desa Jatuh di Pandawan
Desa jatuh sangat berdekatan dengan
palajau, tapi berbeda sungai, kampung selalu saja berada di dekat dan pinggiran
sungai, ini adalah ciri khas pemukiman Banjar adan Dayak.
Dalam buku sejarah, seorang pahlawan
perang banjar yang terkenal Penghulu Muda Yuda Lelana, berhasil beberapa kali
mematahkan dan bahkan membunuh perwira pasukan belanda ketika menyerang Desa
jatuh. Cucu bunyut dari Penghulu Muda Yuda Lelana mengakui bahwa mereka keturunan
dari pengIslam pertama dari Demak diwilayah kerajaan banjar, kemungkinan memang
satu rombongan dengan datu palajau. Ada sebuah panji-panji yang kirim oleh
syarif mekkah melalui perantara seorang sayyid untuk diberikan untuk mesjid
al-A’la, menurut seorang arkeolog asing yang datang bersama dengan DR. Alfani
Daud memperkirakan bahwa panji-panji itu berumur 300 ratus tahun, dan mesjid
sudah berdiri disana jauh sebelum panji-panji itu ada. Sebuah Al-Quran tulisan
tangan masih disimpan oleh sebuah keluarga di desa Kambat.
Keluarga Jatuh ini banyak menurunkan
Ulama di Barabai hingga saat ini, salah keturunannya yang popular adalah Kiai
Haji Zarkasi hasby di Banjarbaru, salah seorang pimpinan PP Darul Hijrah,
sebuah makam berkubah didepan mesjid Agung Barabai dijalan Antasari adalah
keturunan jatuh juga. Penulis tentang Islam di Radar Banjar, keluarga ini
tersebar di Jatuh, Ayuang. Dan beberapa daerah lain.
3. Keluarga kampung Kadi
Kampung kadi yang terletak dikota
barabai, di sisi sungai barabai, sebuah kampung kecil yang sangat terkenal,
kampung ini disebut dengan kampung kadi karena dahulu menjadi tempat pemukiman
para Qadi, banyak ulama dan tokoh yang berasal dari kampung ini, Matu mesjid
Shulaha salah satu mesjid tua dan terbesar di barabai dan juga menjadi ikon
kota barabai terletak dikampung ini, mesjid ini menurut catatan yang diketahui
dibangun pada tahun 1820-1860, mesjid juga sudah berpindah tempat lebih kurang
empat kali disekitar lokasi saat ini, salah satu tokoh di adalah Kain
Dipansanta, salah satu cucu laki-lakinya yang terkenal adalah Tuan guru
Abdurahman Siddik yang terkenal juga dengan nama Datu Sapat di sumatera
tepatnya di Indragiri hilir atau tambalihan, riau, diberitakan bahwa datu sapat
pernah datang ke kampung kadi ketika beliau mencatat silsilah untuk mengarang
kitan sajaratul arsyadiyah.
Dikampung kadi juga terdapat beberapa keturunan syekh Arsyad al-banjari yang dahulu bertugas sebagai Qadi, dikampung kadi banyak terjadi kawin percampuran antara keluarga-keluarga besar barabai.
Dikampung kadi juga terdapat beberapa keturunan syekh Arsyad al-banjari yang dahulu bertugas sebagai Qadi, dikampung kadi banyak terjadi kawin percampuran antara keluarga-keluarga besar barabai.
4. kemudian keluarga desa Mandingin
Kemudian keluarga desa Mandingin, saya
tidak dapat melacak garis silsilahnya, saya menduga ada kaitan dengan keluarga
Jatuh, tapi ada salah satu turunan yang mengatakan bahwa ada kaitan dengan
keturunan dari Amuntai ( Kabupaten Hulu sungai Utara) dan Pendiri mesjid Pusaka
Banua Lawas , Kalua , Tanjung kabupaten Tabalong, namun ada juga sebuah
keluarga yang berpendapat ada kaitan dengan perantau Arab dari manrga tertentu
dari silsilah keluarga mereka, tidak ada yang pasti memang namun itu bukan
masalah penting dalam hal ini. tidak ada catatan silsilah yang tersisa, hal ini
dikarenakan keturunan di Mandingin saat ini kebanyakan adalah perempuan,
sedangkan laki-lakinya hampir semuanya merantau.
mesjid yang ada di Mandingin diperkirakan
berumur seratus tahun lebih dan salah satu yang terbesar dijamannya dan juga
salah satu yang paling tua di Barabai. Sebelum Mesjid ini dibangun sudah ada
mesjid yang dibangun disebelah hulu desa yang berada dipinggir sungai, namun
mesjid dirobohkan, baru kemudian warga membangun lagi mesjid baru ditempat
sekarang.
Menurut cerita orang tua, ketika shalat
jumat, disepanjang shaf depan hanya di isi oleh para Tuan Guru, puluhan orang
jumlahnya, dikampung mandingin juga banyak ditemukan makam yang berkubah.
keturunan Mandingin ada beberapa yang
menyebar ke desa lain, seperti kampung Sasak Barabai, Pajukungan ( pendiri
mesjid Pajukungan), Kubur Jawa, sumanggi Ilung, Muara rintis Ilung, bahkan
Lampihong di Kabupaten Balangan, salah satu pendiri IAIN Antasari KH.Abdurahhman
Ismail MA adalah asli Mandingin, salah satu orang Banjar pertama Yang meraih
gelar S2 Master of art dari Universitas Al-azhar Mesir pada jaman kolonial
Belanda. Beberapa ulama juga mengambil istri orang Mandingin, salah satu
keturunannya yang juga terkenal adalah Nasrullah Jamaluddin.Lc imam mesjid
istiqlal Jakarta, ibunya orang mandingin, ayahnya Jamaludin adalah keturunan
syech Arsyad dari Negara daha.
Dimandingin dapat di temui banyak makam
Ulama yang Berkubah dan berbalambika (balambika adalah tumpukan tanah yang
meninggi, suatu ciri Khas dari daerah daerah Banjar adalah adalah Makam yang
ditumbuhi tanah seperti sarang anai-anai atau rayap yang semakin hari semakin
besar, bahkan ada yang sampai dua meter tingginya, makam ditumbuhi balambika
hampir selalu adalah makam Ulama atau orang-orang baik dan alim semasa
hidupnya, dan tidak ada makam seorang yang buruk perilaku semasa hidupnya
mempunyai makam yang ditumbuhi balambika, saya akan mengulas hal ini dilain
kesempatan) .
Cirri-ciri fisik dari keturunan
mandingin yang tersisa di Mandingin saat ini laki-lakinya kebanyakan bertubuh
besar, tinggi dan kekar. Dan
perempuannya berparas cantik. Sangat disayangkan Tidak ada catatan tentang
sejarah mandingin.
5. Keturunan syekh Arsyad al-Banjari di Desa Kahakan,
Kalibaru, dan Aluan di kecamatan Batu Benawa Pagat
Seorang
Tuan Guru tua terkenal dan dihormati di Barabai mengakui bahwa beliau adalah
keturunan ke 7 atau 8 dari syeck Arsyad, tetapi nasabnya tidak tercatat. Jika
selama ini orang-orang hanya mengenal kampung kadi sebagai basis keturunan dari
syekh Arsyad di Barabai, maka pasti akan sedikit terkejut mendengar hal ini.
(keturunan Syekh Arsyad menyebar keseluruh Indonesia dan Asia Tenggara)
Jika
kita ingin memasuki daerah Aluan, dari arah Barabai menuju tempat wisata Pagat
Batu Benawa , ketika melewati jembatan, maka belok kiri langsung, anda sudah
memasuki daerah Aluan, jika anda terus saja menuju utara, maka anda akan
menemui desa Kahakan, Bandang, Kalibaru dan terus ke desa Tanah Habang dan jika
terus maka akan menembus Birayang di kecamatan Batang Alai selatan, apabila
menyeberang padang sawah dari Desa Bandang maka akan tembus ke desa Paya atau
Simpang Mahar, dibelakang Aluan adalah bukit-bukit dari pegunungan meratus.
Sepanjang
jalan anda akan menemui beberapa makam yang berkubah, ada beberapa beberapa
makam yang dipugar sangat bagus. Daerah Aluan dan Kalibaru merupakan daerah
terkenal karena ulama-ulamanya diwaktu dulu, daerah ini memang dekat dengan
anak sungai Barabai dan sungai Barabai sendiri, di desa Kahakan ada sebuah
langgar keramat yang sering diziarahi dan makam yang di pugar oleh penyadang
dana dari Martapura.
Seorang
teman mengatakan bahwa salah satu cucu dari syekh arsyad diutus kedaerah ini
untuk berdakwah, maka keturunanya lah yang banyak menjadi ulama, bahkan sampai
sekarang, ini salah satu keluarga berpengaruh, meski kenyataannya hanya sedikit
yang tahu asal usul keturunan mereka.
Ada
cerita menarik, salah satu keturunan desa kahakan menjadi tentara dimasa-masa
awal kemerdekaan, dan ditugaskan di kota Pangkalanbun, disana beliau menikahi
seorang Putri raja Kotawaringin, dan mempunyai dua orang putri.
Tokoh
yang mungkin terkenal dari keturunan keluarga ini saat ini adalah Ketua KPU
Prof. Hafiz Ansyari.
Sebenarnya
ada keluarga lain lagi, seperti keluarga kampung kadi dan kampung kopi yang
merupakan keturunan syekh arsyad, tapi keluarga ini datang kemudian dan
terpisah dari keluarga aluan. saat ini, keluarga ini sangat terkenal dibarabai,
dengan para Qadi jaman dulu yang bermukim disana, dan komplek pesantren kitun
disebelahnya, tempat pengajian paling ramai diBarabai.
6. Keturunan keluarga besar Desa Pamangkih Kecamatan
Kasarangan
Pesantren
Ibnul Amin Pamangkih sangatlah terkenal dan mempunyai alumni yang tersebar
diseluruh Indonesia, pesantren terbesar di Barabai dan terbesar kedua di
Kalimantan selatan.
Menurut
teman saya orang Amuntai keturunan pamangkih mengatakan bahwa dia adalah
keturunan ketujuh dari seorang ulama Jawa yang datang berdakwah dan menetap
dipamangkih setelah belajar di Mekkah. Diperkirakan ulama tersebut sejaman
dengan syekh Arsyad Al-Banjari.
Keluarga
ini sangat berpengaruh saat ini, menurunkan banyak ulama disepanjang daerah
Pantai Hambawang dan Kasarangan sampai Sungai Buluh dan bahkan ke Amuntai.
Pesantren Ibnul amin adalah
manisfentasi dari jaringan keturunan ulama Pamangkih ini.
7. Keluarga pagustian
Keluarga pagustian, keluarga bangsawan
dari kerajaan Banjar, meskipun pengaruh mereka kurang terlihat di Barabai saat
ini, dimasa lalu keluarga ini adalah keluarga berpengaruh diseluruh wilayah
kerajaaan, setelah perang Banjar jatah kekuasaan dari para Pegustian di copot
oleh Belanda.
saya mendengar beberapa keluarga
pagustian ada di desa Pagat dan desa Aluan Batu Benawa.
Ada sebuah kubur berkubah dari para
pagustian, seperti diperbatasan antara desa Tanah Habang dan Kalibaru,
dipinggir jalan di yang sepanjang jalannya adala kebun karet, ada sebuah makam
berkubah sangat bagus. Juga ada makam Syech mubarak di desa mahang sungai
hanyar, syech Mubarak atau Pangeran Kacil merupakan anggota keluarga Pagustian,
keturuannya ada di Binjai piura di kecamatan kasarangan, dan juga sebagian ada
di Bukat seberang ( lurus dari Kampung Kadi).
8. Keluarga Habaib atau alawiyin
Keluarga ini diperkirakan datang ke
barabai pada akhir tahun 1800, seorang yang sangat terkenal dari keluarga ini
adalah Habin Alwi al-Habsy, seorang mantan kapten Arab di Banjarmasin, dan
kemudian bermukim di Barabai, beliau lah yang membangun pasar Batu di Barabai,
beliau juga sempat memimpin Barabai dimasa transisi kemerdekaan, beliau juga
yang menyambut Soekarno ketika berkunjung ke Barabai. Keluarga Habaib
kebanyakan bermukim di Kota Barabai, khususnya di Kampung Arab.
Habaib Alwi Al-Habsy menikahi seorang
perempuan dari keturunan Banua Kupang.
Keturunan keluarga ini juga kembali
merantau ke daerah lain, seorang tokoh terkenal saat ini dimartapura adalah
Habib Ali Al-Habsy, beliau keturunan habaib Barabai, beliau tokoh keuangan
mikro syariah.
————————————————
tujuh keluarga pertama adalah adalah
keluarga asal yang sangat berpengaruh di Barabai pada jamannya, mereka saling
melakukan silaturahmi dengan perkawinan antar anak cucu mereka. Dikayini 70
persen penduduk barabai saat ini mempunyai jaring kekerabatan baik dari
laki-laki dan perempuan dari keluarga ini. Sebagian mengetahui dan sebagian
lagi tidak mengetahui . Sayangnya hampir diseluruh keluarga ini tidak tidak terdapat
catatan silsilah yang baik. Bisa jadi ini dikarenakan bahwa penulisan silsilah
dijaman dulu tidak begitu diperhatikan dan tidak dianggap hal penting, seiring
jaman tali silaturahmi semakin pudar, meski sebagian keluarga saat ini mulai
kembali mencatat silsilahnya dan membentuk organisasi silaturahmi keluarganya.
Yang menjadi perhatian adalah jaring
ulama yang sangat bagus, jalur pendidikan yang kebanyakan di tempuh secara
turun temurun di kota Mekkah menjadikan Barabai merupakan salah satu gudang
intelektual Ulama dari dahulu sampai sekarang, menyaingi martapura dan amuntai,
sebagian terdapat jariangan keilmuan juga, dan tentunya ada pola berpikir yang
sedikit berbeda dengan daerah martapura.
Selain itu, hal ini juga memperanguhi
orang Barabai pada umumnya, orang Barabai terkenal dengan etos belajar yang
tinggi dan baik, hal ini dibuktikan banyaknya orang Barabai yang menduduki
posisi strategis di pemerintahan dan juga guru-guru diseluruh Kalimantan
Selatan, kalimantan Tengah dan kalimantan Timur, sebagian malah berhasil
menjadi menteri di awal kemerdekaan, orde lama dan orde baru, dan orde
reformasi. Saya melihat etos belajar yang baik yang menjadi kunci semua itu.
Keturunan barabai banyak merantau
diseluruh Kalimantan tentunya, sebagian lagi disumatera dan Malaysia, sebagian
ada di singapura, belanda, Australia, ada juga di Amerika.
Mudahan tulisan panjang ini bisa
memberi sedikit pencerahan.
sumber : http://sejarah.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih, komentar anda sangat berarti bagi ega. Isi pendapat anda tentang blog ini di Testimoni. Tinggalkan pesan di Blogroll untuk tukaran link