Amerika Serikat sekarang tengah dilanda musibah yang didalangi oleh virus West Nile. Virus ini pertama kali menjejaki kakinya di negara ini pada bulan Agustus 1999, tepatnya di kota Metropolitan New York. Virus ini menyebabkan musibah (outbreak) di kota New York yang menyebabkan 63 orang menderita gejala inflamasi otak (encephalitis) dan inflamasi membrane sekitar otak (meningitis) dan 5 diantaranya meninggal dunia. Tahun demi tahun, virus ini menyebar luas ke state lain. Pada tahun 1999, virus ini menyebar ke 3 state, tahun 2000 meluas ke 12 state, tahun 2001 meluas ke 27 state dan sekarang virus West Nile ditemukan di hampir semua state di Amerika Serikat dan bahkan sampai ke Kanada (Gambar 1). Jumlah pasien dan yang meninggal akibat serangan virus ini juga meningkat setiap tahunnya. Dari laporan CDC, sampai tanggal 26 Nopember 2002, telah ditemukan 3737 kasus dan 214 diantaranya meninggal dunia
Apa itu virus West Nile?
Virus West Nile adalah virus yang memiliki benang RNA positif tunggal (single positive-stranded RNA) sebagai genomnya dengan panjang sekitar 9 kilobasa. Virus ini tergolong kelompok Flavivirus, bersama dengan virus Dengue, Yellow Fever, Japanese encephalitis, St. Louis encephalitis, Kunjin, dan lain-lain. Sama seperti kebanyakan Flavivirus lainnya, virus ini menjadikan nyamuk sebagai vektornya, terutama jenis Culex pipiens, C. restuans, dan C. quinquefasciatus. Selain nyamuk, burung terutama burung gagak juga berfungsi sebagai tempat pengidapannya (natural host), dan burung inilah yang menjadi instrumen penyebaran virus ini. Sirklus hidup virus ini pindah dari burung ke burung dengan perantaraan nyamuk-nyamuk ini, dan virus berkembang biak selama berputar pada sirklus ini. Secara insidental virus ini terinfeksi kepada manusia dan binatang lainnya seperti kuda dan menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang diinfeksinya.
Virus West Nile pertama kali ditemukan di Uganda pada tahun 1937. Sampai tahun 1999, virus ini hanya ditemukan di benua Afrika, Asia dan Eropa. Sejak tahun 1937, dilaporkan beberapa musibah (outbreak), namun tidak menjadi masalah serius karena hanya menimbulkan gejala-gejala ringan. Sejak tahun 1990-an, jumlah outbreak yang menyebabkan kematian terus meningkat, dibuktikan dengan terjadinya outbreak di Rumania tahun 1996, di Rusia tahun 1999, dan di Israel tahun 2000. Namun sampai pertengahan tahun 1999 tidak pernah terjadi outbreak virus West Nile di Amerika.
Gejala klinik dan penanganan infeksi virus West Nile
Kebanyakan infeksi virus West Nile tidak menimbulkan gejala apapun. Sekitar 20% diantara masyarakat yang terinfeksi menimbulkan gejala-gejala ringan yang merupakan gejala flu (flu-like symptoms) seperti demam panas (fever), sakit kepala (headache), sakit badan (body aches), sakit mata (eye pain), dan lain-lain, hampir sama dengan gejala infeksi virus dari kelompok Flavivirus lainnya. Gejala seperti ini terasa selama 3 sampai 6 hari. Satu dari 150 infeksi menimbulkan gejala serius, seperti panas tinggi (high fever), lemah tubuh, inflamasi otak (encephalitis), inflamasi membrane sekitar otak (meningitis), pelemahan otot (muscle weakness), dan bahkan sampai kepada perubahan mental. Gejala-gejala ini berhubungan dengan kerusakan sistem saraf, karena virus ini dan Flavivirus lainnya menyerang sistem saraf manusia. Sebagian besar gejala serius ini menimpa orang-orang tua yang berumur diatas 50 tahun yang mempunyai daya imun lemah, dan tingkat kematian (mortality) pada pasien yang menimbulkan gejala-gejala serius ini cukup tinggi. Tingkat kematian ini lebih tinggi lagi pada orang-orang yang berusia lebih lanjut. Setelah terinfeksi, virus ini memerlukan masa inkubasi antara 3-14 hari sebelum menimbulkan gejala.
Karena belum adanya vaksin yang bisa mencegah dari infeksi virus ini dan juga belum adanya obat yang bisa menyembuhkan pasien yang terinfeksi, penanganan yang bisa dilakukan terhadap pasien yang terinfeksi hanyalah perawatan intensif di rumah sakit seperti ventilasi mekanik. Ribavirin dan interferon-alpha2b dibuktikan menunjukan tingkat penyembuhan yang tinggi terhadap virus West Nile dalam percobaan in vitro, namun belum ada pembuktiannya yang lengkap dalam percobaan klinik (Emerg Infec Dis 8: 107-8 (2002)).
Selain itu beberapa grup juga mengembangkan vaksin. Diantaranya Acambis, sebuah perusahaan Inggris mengembangkan vaksin kimerik (chimeric vaccine), dimana gen envelope (salah satu gen pembentuk membran virus) dari virus Yellow fever digantikan dengan gen enveloep dari virus West Nile. Vaksin ini sekarang tengah memasuki percobaan klinik. Dengan cara yang sama tim peneliti di National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), National Institute of Health (NIH), USA juga mengembangkan vaksin kimerik virus West Nile dan Dengue, dimana gen premembrane (gen ini juga membentuk membran virus) dan gen envelope dari virus Dengue diganti dengan gen yang bersangkutan dari virus West Nile. Tetapi vaksin ini masih dalam tahap percobaan prekilinik (PNAS 99: 3036; 2002).
Diagnosa
Diagnosa standard yang dipakai adalah pengukuran antobodi IgM dengan teknik IgM antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA). Serum atau cairan Cerebro Spinal (cairan saluran saraf, biasanya diambil di tulang punggung) dari pasien yang menunjukan gejala-gejala dikoleksi selambat-lambatnya dalam jangka 8 hari sejak timbul gejala, dan antibodi IgM-nya diukur. Dari hasil pengukuran IgM dari orang yang terinfeksi virus West Nile pada outbreak di New York tahun 1999 dan 2000, 95% diantaranya positif (Ann Intern Med 137: 173-9 (2002)). Namun diagnosa ini memerlukan waktu sekitar 1 minggu. Untuk kasus tertentu, diagnosa ini juga tidak sempurna, karena orang yang menerima vaksin Yellow fever atau Japanese encephalitis, atau yang terinfeksi Flavivirus lainnya juga menunjukan hasil yang positif pada tes IgM. Dalam hal ini, tes yang specific untuk mendeteksi Flavivirus yang diperantarai serangga (arthropod-borne Flavivirus), harus dipakai.
Selain itu, isolasi virus dari serum pasien juga merupakan salah satu diagnosa, namun cara ini juga memerlukan waktu yang cukup lama. Diagnosa lain seperti Reverse Transcription PCR dan Real Time PCR juga merupakan diagnosa yang praktis untuk mendeteksi RNA genom dari virus yang bersangkutan, karena diagnosa ini hanya memerlukan beberapa jam saja.
Hal-hal baru yang ditemukan pada infeksi West Nile di Amerika
Gejala fatal yang ditemukan pada infeksi West Nile adalah inflamasi otak (encephalitis) dan inflamasi membrane sekitar otak (meningitis). Kelemahan otot (muscle weakness) juga merupakan gejala umum dan merupakan predikator pasien yang terinfeksi oleh virus West Nile. Selama ini belum pernah ditemukan adanya gejala polio (poliomyelitis) pada infeksi virus West Nile. Gejala ini biasanya ditemukan pada pasien yang terinfeksi virus polio dan virus-virus yang sekelompok dengan virus polio (Enterovirus). Namun baru-baru ini, dari kasus di Amerika ditemukan bahwa virus West Nile, yang tergolong kepada kelompok Flavivirus, juga menyebabkan gejala poliomyelitis (New Engl J Med 347: 1279-80 (2002)). Selain itu, sebagai suatu hal yang baru, juga ditemukan bahwa virus ini juga ditularkan lewat pencangkokan (organ transplant) dan transfusi darah (BMJ 325: 566 (2002)). Biasanya virus West Nile ini, sama halnya dengan Flavivirus lainnya, ditularkan oleh nyamuk, sehingga penularan dari orang-ke-orang tidak pernah jadi bahan perhatian. Namun setelah pembuktian bahwa ada penularan lewat transfusi darah, darah donor harus diperiksa dahulu sebelum ditransfusikan kepada seseorang.
Kenapa bisa sampai di Amerika?
Tidak ada bukti yang jelas kenapa virus ini menjejakan kakinya di Amerika Serikat. Namun dari hasil analisa sequence-nya (barisan nukleotida atau asam amino), virus ini memiliki homologi yang tinggi dengan virus West Nile yang bersirkulasi di Israel dari tahun 1997 sampai 2000 (Science¡¡286: 2333-7 (1999), Emerg Infect Dis 7: 656-61 (2001)). Selain itu kedua virus ini memiliki sifat yang sama, dimana infeksi virus West Nile menyebabkan kematian pada burung dan manusia hanya di Amerika Serikat dan Israel. Pada kebanyakan kasus, virus ini tidak menyebabkan kematian pada burung yang menjadi tempat pengidapannya (natural host-nya). Karena itu diduga bahwa virus ini adalah virus import (Ann Intern Med 137: 173-9 (2002)).
Kemungkinan masuknya virus ini ke Indonesia dan pencegahannya
Karena dalam masa modern ini orang mudah pindah dari satu tempat ke tempat lain, viruspun mudah untuk berimigrasi. Kalau orang pindah naik pesawat, viruspun bisa naik pesawat. Artinya kemungkinan virus West Nile untuk datang ke Indonesia juga tidak kecil. Virus ini menggunakan burung gagak dan nyamuk Culex sp. sebagai tempat pengidapannyanya. Kalau burung gagak atau nyamuk yang terinfeksi virus West Nile bisa sampai ke Indonesia, atomatis virus ini akan terimport dan dengan mudah menyebar di Indonesia. Hal ini disebabkan karena Indonesia juga termasuk negara dimana burung gagak. Selain itu Indonesia juga Negara dimana nyamuk Culex sp. banyak terdsitribusi.
Orang yang datang dari daerah yang terkenah musibah juga merupakan instrument penyebaran virus ini di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mencegah datangnya virus ini ke Indonesia, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mengontrol manusianya, yaitu dengan memeriksa orang yang kembali dari daerah musibah, yaitu Amerika Serikat. Akan lebih sempurna lagi kalau kita bisa mencegah datangnya burung atau nyamuk yang naik pesawat dari Amerika, namun hal ini sangat sulit untuk dilaksanakan. Pemerintah Jepang sendiri juga menyediakan fasilitas pemeriksaan/diagnosa untuk orang yang kembali dari Amerika Serikat. Karena itu, sudah seharusnya pemerintah kita memikirkan hal itu untuk menghindari masuknya virus ini ke Indonesia. Pencegahan yang bisa dilakukan oleh pribadi yang pergi ke Amerika Serikat adalah menjauhi diri dari tempat dimana nyamuk dan burung gagak suka hidup.