Senin, 04 Juli 2011

TEsting



Sambutlah ‘si CINTA’


Saat malam mulai
larut


Suasanapun semakin senyap


Aku terbujur dalam kekakuan



Karena hati terpasung
dalam kesepian


Kesedihan dengan kesendirian


Seakan menggugurkan sejuta
harapan



Sepinya malam berlalu
sudah


Pagi datang mengawali
hari baru



Aku terbangun dari panjangnya
malam


Perlahan aku bergerak,


Berdiri dan kubuka jendela


Tersiratlah cahaya mentari
pagi


Menyinari……


Menghempaskan semua khayalan
kepahitan





Memang, Aku harus tetap
tegar berdiri


Songsong hari yang baru


Sambut dengan sesuatu
yang indah


Wujudkan misteri cita
dan cinta




Sambutlah ‘si CINTA’
yang cantik



Berikan dia senyum


Warnailah hari-hari dengan
cinta



Kebenderangan



Kala malam semakin larut


Aku terpaku di dalam kesunyian



Terdiam menatap ilusi
kesendirian


Diriku seakan terbiar
dalam kehampaan




Kebekuan jiwa menjelma


Kedinginan nurani selalu
menemani


Aku merindu tentang kehangatan



Aku bermimpi tentang keindahan




Saat tirai kegalauan mulai
tersibak


Fatamorgana menjauh dari
realita


Hingga tersingkaplah kebenderangan


Makna kedamaian yang hakiki




Arti
Cinta



Di dalam kedinginan jiwaku


Kau hadir mendekap erat
kalbuku


Dalam kesendirian nuraniku


Kau temani aku dengan
kemesraan



Dalam kegalauan jiwaku


Kau hadir untuk menghiburku


Dalam kesepian malamku


Kau hadir dalam indahnya
mimpiku



Tiada yang kupikirkan
selama ini



Kecuali aku merasa berarti
bersamamu


Kan kuayun langkahku ini


Bersama irama kerinduan


Kangen khan slalu menyelimuti
hatiku


Tak ada sesuatu terindah
untuku


Karena kau segala-galanya
bagiku




Arti perasaan

Dikala aku merindu


Ingin kutulis sejuta syair
indah


Ingin rasanya aku berkisah


Tentang semua kekangenanku





Di saat ini seolah aku
sulit mencari


Dermaga yang berairkan
tinta emas


Dan pena antik untuk mengukirnya


Aku takut terdampar di
pulau sana


Yang penuh dengan ketidakpastian





Paradigma ?!!!




Hari demi hari terus berjalan


Pergantian waktupun tidak dapat dielakan


Perubahan adalah sebuah realitas yang harus dihadapi


Sebagai konsekwensi logis atas akhir dari setiap langkah



Paradigma hidup merupakan acuan dalam melangkah


Sebagai barometer dalam menjalani hidup


Menuju sebuah wujud misteri


Cita-cita’




Perenungkan kembali tentang Paradigma hidup



Tentang cita-cita yang tergantung di angkasa


Katakanlah kamu bisa untuk meraihnya


Kamu bisa untuk menjalaninya


Gapailah semuanya




Sungguh beruntunglah orang yang slalu mensucikan diri



(Kembali kepada fitrah dan kesucian )’


Selamat Ulang Tahun ’


Success for You





Kujelang….





Pagi yang indah kujelang
kembali


Menghempaskan mimpi meraih
bergantinya hari


Di ufuk timur tersirat
cahaya kedamaian


Membangkitkan semangat
menghangatkan perasaan


Hembusan angin menemaniku
berjalan



Mengiringi langkah berpadu
dalam kepastian


Gemersik dedaunan bak
irama kehidupan


Selalu setia menyanyikan
lagu kemenangan


Dalam menggapai makna
cita dan cinta


Dalam mewujudkan makna
hidup yang sesungguhnya


Biarkan pergantian hari
terus berjalan



Karena setiap saat akan
selalu kujelang



Bingkai kehidupan


Masa demi masa berlalu
sudah


Kemana kaki jalan melangkah


Liku-liku kehidupan mengukir
sejarah



Kini saatnya berpotret
diri


Berbenah dari segala keburukan


Meningkatkan semua kebaikan


Ramadhan sebentar khan
tiba


Kini saatnya tuk membuka
pintu hati


Memaafkan semua kehilafan



Mari kita sambut dengan
gembira


Dengan memperbanyak ibadah


Tuk menggapai tingkatan
taqwa


Derajat tertinggi disisi
khalik


Semoga Allah selalu membimbing
kita


Dan nanti memasukkan kita
dalam surga-Nya



Amiin




Puisi angin


Di
kesepian malam aku sendiri


Termenung
dibawah cahaya rembulan


Pucuk-pucuk
daun meliuk indah



Mengikuti
irama angin perlahan




Angin….,
Aku hargai kau menghiburku


Memang
tidak ingin aku berlama-lama


Larut
dengan gelapnya malam


Terombang-ambing
oleh kelamnya awan



Angin….,
Tolong katakan pada bintangku


Aku
rindu dan berharap dia hadir disini


Dengan
segala ketulusan cintanya


Ingin
aku mengajaknya bernyanyi


Menari,
berdansa berdua


Angin…,
katakanlah padanya



Aku
perlu belaian sejuta kasihnya


Ingin
aku menikmati indahnya malam ini


Dengan
kehangatan peluk mesranya


Angin…,
untuk yang terakhir


Katakanlah
padanya


Aku
benci dengan kesendirian ini





Kesendirian




Di
kesepian malam aku sendiri


Fikiran
menerawang menjelajah angkasa


Ingin
rasanya kubuka semua tabir gelap


Sehingga
bisa kunikmati indahnya rembulan



Beserta
gemerlapnya selaksa bintang




Semilir
angin berhembus perlahan-lahan


Seolah
tak ingin mengusikku dari lamunan


Pucuk-pucuk
daun menari penuh kemesraan


Seakan
tiada bosan untuk selalu menghibur



Semua
gundah dan keresahan hatiku




Ketika
malam semakin larut


Aku
sadari akan kesenmdirianku


Semuanya
memang penuh ketidakpastian


Kecuali….
Bisa kunikmati sisa hidup ini



Dengan
cinta dan kasih sayang


Dimana
semuanya serba tulus


Dimana
semuanya serba ikhlas


Dimana
semuanya penuh kerelaan


Tanpa
pamrih dan pengharapan





Kepastain




Ketika
kupaksa mata ini terpejam


Justru
hati terus cerita


Bicara
tentang kesepian malam


Tentang
matahari yang telah tenggelam



Kesepian
adalah pengharapan kasih


Sedang
tenggelam adalah masa lalu




Saat
akhir tidak berarti kebahagiaan


Perasaan
menjadi terlukakan


Khan
kucari mutiara ketulusan



Kristal
mujarab penawar kepedihan


Sungguh,
hanya sang dewi yang memiliki


Sebelum
fajar di ufuk timur menjelang


Kupastikan
sang dewi adalah penentuan


Kesembuhan
atas sayatan luka-luka ini





Cinta


Ketika
aku datang


Di
dunia pewayangan cinta


Cuma
satu yang aku bawa


Perasaan
kasih di dalam dada


Yang
bisa merubah satu wacana



Menjadi
cerita panjang


Yang
berbelit susah mengambarkannya




Tak
ada alasan lain tentang cinta


Karena
hanya satu yaitu kasih


Kecuali
hanya mengada-ada



Kalau
ada aku tak percaya


Alasan
itu dipaksakan


Dan
akan aku katakan


Sungguh
malang nasib mereka


Karena
tak beda dengan si penjaja





Cinta
adalah rindu


Yang
datang dari dalam kalbu


Bisa
membawa tentram


Dalam
merih kedamaian hidup



Kangen





Dalam remang cahaya lilin


Sekilas nampak kilauan
kasih


Memedarkan arti kekelabuan
hati


Sesaat seolah redup


Membisakan harapan cinta
dan kerinduan





Dalam dada menyesak arti
ketidakpastian


Sesekali ingin semua cita
teraih


Namun, tak dapat menembus
batas ruang


Yang semakin menjauh




Dikala sekelebat kilat
menyala



Cahayanya menyilaukan
mata


Bukan terang yang kuraih


Namun kegelapan setelahnya




Hamparan bunga cinta menjadi
merana


Kedinginan, ingin ada
yang memetiknya



Dipandang ditaruh dalam
vas bunga


Walau nantinya layu


Namun hidupnya menjadi
berarti


Menikmati semua tujuan
yang dicapai


PERJALANAN


Saat hujan semakin deras



kusuri jalan selangkah
demi selangkah


Kuraba bajuku yang sudah
kuyup


serasa dingin udara menusuk


sebentar kutoleh kebelakang


Terlihat jelas roda sejarah
membentang


Angin kencang



Percikan hujan


Halilintar


Semuanya adalah terpaan
kehidupan


Aku berharap reda khan
tiba


Terang khan menjelma


Menjadikan hidup penuh
makna







Puisi Jarum Dan Jerami


Seandainya
kau tak membisu


Tentu
dengan mudah aku meraihmu


Walau
begitu,


Biarlah
kuuji kesabaranku



Khan
kuambil jerami ini satu-satu


Sampai
aku dapat menemukanmu


Lalu
kau rajut kembali kainku


Fatamorgana


Gelap malam penuh kesunyian


Membukakan pintu-pintu
ilusi



Menyibakan tirai-tirai
kegalauan jiwa


Saat perjalanan adalah
perasaan


Hati gelisah menjadi tumpuan

Perlahan-lahan rasio menjauh

Akalpun pergi tanpa berpesan


Saat kusadari semuanya



Aku terbujur di negeri
khayalan


Berharap akan fatamorgana




Senyumanmu


Aku terbayang akan manisnya
senyumanmu


Seakan hanya aku yang
menikmatinya



Namun aku hanya bisa merindu


Akankah cintaku terdampar
disuatu pulau ?


Terbawa hanyut bersama
gelombang kasmaran


Dan berlabuh di pantai
asmara




Tetapi aku sangat yakin



Disana kita khan bercinta


Memadu kasih


Bercerita tentang hari
esok


Khan kubiarkan semilir
angin membelai tubuhku


Hingga aku tertidur dalam
sandaran pelukmu


Namun mengapa suara ombak
membangunkanku



Saat mimpiku menerawang
angkasa


Menjelajahi ruang-ruang
khayalan




Tuhan, mengapa aku ini
?


Terlalu menikmati senyuman
itu


Apakah aku telah menduakan
cintaku dari-Mu



Sampai hatiku bergetar menahan rasa

Namun kini khan kubiarkan
semua berlalu


Terhempas terbawa arus


Ke suatu negeri nun jauh
disana



SIANG YANG BERLALU



Saat
mentari mulai tenggelam


Sayap
malam menutup perlahan


Gelap
sudah menjelang


Panasnya
siang jadi terlupakan


Semua
berlalu


Biarkanlah
siang ini berlalu




IBU


Ibu…


Kini aku tahu


Kesabaranmu


Ketabahanmu



Kecintaanmu




Ibu…


Kini aku rindu


Masakkanmu


Senyumanmu



Belaianmu




Ibu…


Aku tak akan lupa


Kebaikkanmu


Jasamu



Nasehatmu


Ibu…


Ternyata kau adalah segalanya
bagiku


Kuharap kasihmu abadi
selama-alamanya untukku



BUNGAKU



Bungaku…


Kala pagi atau sore hari


Kau taburkan aroma kasih


Membelai kalbu selembut
awan putih


Membawaku ke alam khayalan
indah


Penuh kedamaian dan kebahagiaan





Bungaku…


Kau laksana dewi kayangan


Selalu dipuji setiap orang


Sunggingan senyummu tak
menjemukan


Menggoda mengetarkan hati





Bungaku…


Setiap saat aku nantikan


Lambaian tanganamu mengajakku


Melepas semua kepedihan
hidup


Menyandarkan semua kesusahan



Menuju ketenangan bathin


Dalam menikmati hidup
ini


Perubahan


Saat rembulan tertunduk
sendu


Gema petir menggelegar


Awan kaget ikut bermuram



Mencucur hujan rintik
perlahan


Merubah egois yang membatu


Menjadikan hati penuh
pengharapan


Arti Kembali

Pohon besar di tanah gersang


Saat hujan Menerjang



Dia jatuh dengan terlentang


Dimakan rayap terlapukkan


Jadikan semua tak berdaya


Semuanya menjadi satu


Tidak terkenali lagi





Puisi Batu

Goresan itu


Mengukir batu jadi saksi


Membisu


Dengan satu kalimat


Aku cinta kamu !!



Penilaian Cinta


Dusun yang sepi


Ada seorang perempuan
tua


Dengan suami renta yang
buta


Seolah mereka tak berdaya


Mereka hanya berkebun



Itulah kedamaian mereka


Kenapa orang hanya menduga


Padahal mereka punya cinta


Yang tak seorangpun mampu
menilainya


Terbujur

Aku terbujur



Di sebuah sudut yang pengap


Hanya coro yang menemaniku


Dia katakan sesuatu padaku


Orang memandang kita hina


Tetapi …


Bisakah kita katakan



Bahwa mereka bijaksana


Biarkan mereka menilai
kita


karena kita adalah kita


Kepahitan


Pisau menoreh hatiku


Melukakan perasaan



Menyayat


Menjadikan hidup berubah
arti


Saat takdir itu merenggut


Kepahitan adalah realita


Kebahagiaan jadi impian


Akhirpun tak terelakkan




Salam perpisahan

Kini, hatiku tergores
kesedihan


Ketika terucap salam perpisahan


Walau air mataku tak berlinang


Bukan berarti suatu kerelaan



Saat-saat langkah terayun


Jarak kita-pun semakin
membentang


Akankah semuanya jadi
terkenang


Atau hanyut terbawa gelombang


Bahkan mungkin terkubur
oleh waktu dan keadaan





Sobat, dalam hatiku ini


Akan tetap membekas suatu
kenangan


Kau sungguh baik, supel
dan komunikatif


Siapapun mengenalmu pasti
akan merindu


Namun untukku, janganlah
kau biarkan


Aku terkulai lemas dalam
kehampaan



Karena rasa kangenku yang
tidak kau harapkan


Gelisah

Gelap malam penuh kesunyian


Lamunan jauh menerawang
angkasa


Membukakan pintu-pintu
mimpi


Menyibakan tirai-tirai
kegalauan jiwa





Bias keremangan memudarkan
kasih


Memutar hati menguak arti
ilusi


Memedarkan beribu warni
cahaya


Membayang menjauh dari
arah cita




Katak merengek ikut meresah



Menggugah hati kala gelisah


Air hujan menetes berduka


Membasah bumi ikut bersedih




Gema kegundahan kian bertalu


Gemercik air melantun
irama nan merdu



Berhembus angin membelai
lembut


Gemerisik suara daun menghibur


Membangkit menggugah kalbu




Meliuk menari rumput nan
ayu


Melambai perlahan seolah
mengajak



Melepas duka menjemput
cinta


Merayu bernyanyi kerinduan


Menyongsong esok akan
kebahagiaan



Di Sisi Malam




Ketika
kabut tersibak


Rembulan
memancarkan sinarnya


Malam
yang muram telah berlalu


Makna
kegelapan menjadi tertampikan


Nur
kebenaran adalah kebenderangan





Saat
kepala makin merunduk


Kucium
tanah bukti kehinaanku


Sebagai
tanda Agungnya sang Khalik




Isak
tangisan begitu lirih


Seirama
kidung detak jantung



Air
mata berderai tak tertahan


Mencapai
kekhusukan semakin dalam




Saat
dingin semakin menusuk


Disinilah
aku semakin mengenal Tuhan



Aku Tak
Ragu



Tuhan,


Aku yakin dengan segala
kasih-Mu


Dan aku percaya akan semua
sayang-Mu


Namun mengapa aku ini
???


Selalu tak tahu diri


Apakah ada sesuatu yang
mengunci hatiku ?!



Sehingga aku lupa akan
semua cinta-Mu


Tuhan,


Kau pasti selalu mendekapku


Namun aku tempikkan arti
kehangatan-Mu


Apakah aku insan tak tahu
balas budi ?!


Kurang bersyukur



Selalu mencari dan berharap
yang lebih


Bahkan tanpa terasa dan
tak tersadari


Mungkin aku memohon selain
kepada-Mu


Tuhan,


Andaikan aku selalu bersujud
pada-Mu


Dan bersimpuh di dalam
rumah-Mu



Tentu Engkau mau menerima
tobatku


Namun aku kadang merasa
lain


Karena banyak dosa yang kulakukan



Tuhan,


Aku tahu tangisku tak
berarti bagi-Mu !!



Kini biarlah aku merenungi
semuanya


Dan akan kucari pintu
insyafku


Tapi, aku yakin dan tak
meragukan


Akan semua ampunan-Mu,
Tuhan.



Keagungan
Tuhan





Merah merona bola api
di atas cakrawala


Tanda terbitnya sang surya
di ufuk pagi


Suara burung bernyanyi
riang bergerak kian kemari


Menggugurkan sejuta embun
dari kerindangan daun


Semua itu bukti Agungnya
ciptaan Tuhan





Sebagai manusia hendaklah
bersyukur


Ketemu lagi akan hari


Setelah sesaat mengunci
rasa


Melupakan semua problema


Kini ditantang perjalanan
hidup



Membuktikankan semua impian
dan harapan


Kalau kita sadar, nyata
ataupun tidak


Itulah garis takdir Tuhan


Semuanya ini perjalanan
waktu


Manusia hanya bercita


Namun begitu, yakinkan
diri ini



Hidup ini jangan disia-siakan


Berbagi Kasih


Kulihat
daun meliuk


Disaat
kejora mulai menghilang


Pagi
datang begitu cepat


Sayang
sungguh sayang memang !!



Juita
malam menjadi penantian




Indahnya
pagi di pantai pengharapan


Merupakan
suatu makna keceriaan


Saat
ombak menuju ke tengah


Pasti
ia akan kembali lagi



Membawa
buih putih arti kehidupan


Meratakan
hamparan pasir yang berserakan




Di
tengah laut dari kejauhan


Perahu
kecil terihat menepi


Membawa
seribu ikan hasil tangkapan



Dengan
senyum kebahgiaan nelayan




Ketika
terkatung di tengah samudra


Tidaklah
sempat berfikir tentang cinta


Semuanya
seakan sirna


Kini
saatnya berbagi kasih



Dengan
permata hati


Yang
slalu menanti



Malang


Saat sosok itu terlentang


Terkulai di kamar yang
remang



Tanpa busana


Tak kenal budaya


Aku hanya mendengar


Gertakan kuat


‘ingat aku adalah
uang’




Perjalanan


Wanita malam jadi kenangan


Dalam suatu perjalanan


Bola matanya indah menggoda


Memberi rayuan tentang
kemesraan





Sungguh murah kau tawarkan


Ternyata cukup uang recehan


Cuma sekedar untuk membeli
jajanan




Pernah sesekali aku tanyakan


Mengapa tak kau tinggalkan
hal demikian



Sebab itu kesia-siaan




Tak salah memang kau katakan


Kalau itu saling menguntungkan


Tetapi ada pihak yang
dirugikan


Ibumu yang melahirkan




Wanita


Wanita punya hak juga
memiliki kewajiban


Tetapi selalu disalahtafsirkan


Hingga kadang menyalahi
aturan


Emansipasi diputarbalikkan



Sebagai dalih atau alasan




Hanya untuk mencari kepuasan


Kau korbankan kasih sayang


Anak-anak kau terlantarkan


Dan masih banyak yang
dicampakkan





Lalu bagaimana akan nasib
bangsamu


Saat keluarga tak kau
hiraukan


Sungguh, slogan indah
jadi kenagan


Wanita tiang negara


Kini menjadi puntung yang
berserakkan



Syair metafisik


(Merambah
kegaiban dunia lain)




Alam
ini seolah tidak nyata


Seakan-akan
dunia bayangan


Tetapi
dunia ini punya dimensi



Dimensi
lain yang imateri


Hanya
rasa iman yang bisa menggapainya


Entahlah,
memang alam ini serba aneh


Pengamanannya
sungguh ekslusive


Penjagaan
yang ekstra ketat


Dengan
benteng yang begitu kokoh



Seakan
beruratkan besi bertulangkan baja


Begitu
susah menembus dunia ini


Hanya
dengan akses yang tepat


Dan
prasarat pasport yang lengkap


Barulah
bisa memasukinya dengan aman


Ketika
ada yang mencoba memaksa



Hanya
mengakibatkan luka-luka


Seandainya
memang bisa


Hanya
mengakibatkan sengsara


Merantau
di dunia metafisik


Tanpa
arah dan tujuan yang pasti


Kehancuran
buat si pemaksa



Siksa
menjelma menggerogoti hidupnya


Hanya
Tuhan-lah yang dapat menyembuhkannya


Andai
kesabaran menghinggapi kehidupannya






Kata iya

Mengangguk kata setuju



Tapi bukan berarti iya


Mengapa sahabat tak bertanya
?!


Hanya bergeleng kepala




Kalau sahabat tak paham


Uneg-uneg jangan disimpan



Ungkapkan semua perasaan


Hak berpendapat dijamin
undang-undang


Sudah jelas di pasal dua
delapan




Diam bukanlah emas


Emas ada di busang



Katanya sedang diributkan


Siapa yang bakal jadi
jutawan


Mungkin mereka yang menambang


Sahabat juga mungkin nanti
kecipratan


He…. he….


Jangan terlalu banyak
termangu



Sebentar lagi khan pemilu


Jangan sampai terpancing
isyu


Sekarang khan musim dikompor-komporin


Apa lagi sambil dikipas-kipasin


Bisa-bisa kebakaran nanti




Dengarlah kami


Saat-saat kaki terlangkahkan


Sejenak hati berfikir
tentang keadilan


Ketika bangsa dilanda
bencana


Ketika rakyat kecil dirundung
duka


Ketika semua orang berharap
tanya



Mana yang benar dan mana
yang salah ?!


Banyak sosok muncul seolah
pakar


Berteriak-teriak seakan
benar


Seharusnya begini dan
seharusnya begitu !!


Ternyata semua hanya teori
membingungkan


Di sudut-sudut kota dan
pelosok negeri



Rakyat jelata menggeliat
kelaparan


Anak-anak mulai putus
harapan


Akan kemana kami mencari


Napas kebebsan yang semakin
sesak


Angin kehidupan yang mulai
hilang


Sungguh tragis dan ironis



Rupiah terpuruk dalam
kekhawatiran


Si awam hanya bertanya


Dosa siapakah ini ?!


Kok kami yang mendapat
siksa


Kami tidak perlu banyak
partai


Kami perlu banyak beras



Kami perlu banyak susu


Kami perlu makan


Dan kami perlu keadilan





Seminggu Di Ladang Tua


Sekian lama aku tak jumpa



Bayangan kerinduan kian
terasa


Tak tahan ingin mendengar
cerita


Seperti beberapa waktu
yang lalu


Ketika kau berkisah di
ladang tua




Hari pertama



Kau terdiam tak dapat
bicara


Hanya mencucurkan air
mata


Saat kucoba menghapusnya


Kau tepiskan tanganku


Waktu itu aku bertanya


Mengapa ???



Namun kau tak kuasa menjawabnya


Tapi aku tahu kau tidak
merahasiakannya




Hari kedua


Kau baru menjawabnya


Kau merasa khawatir tentang
adikmu



Yang hidup dirantau orang


Kau takut dia tergoda


Oleh bias remang cahaya
kota


Namun kau tak kuasa meneruskan
cerita


Kau cucurkan lagi air
mata




Hari ketiga


Kau melanjutkan ceritanya


Bagiku makan tidak masalah


Hidup di desa tak akan
kelaparan


Namun di kota adikku mau
makan apa


Justru aku takut adikku
dimakan orang



Katanya di kota saat sekarang


Tidak berfikir lagi besok
makan apa


Tetapi besok saya mau
makan siapa


Kau menangis lagi


Membuang air mata tanda
berduka





Hari keempat


Ini tak akan ku lupa


Saat kau merayuku agar
menanggapi


Semua cerita tiga hari
yang lalu


Aku tak mau untuk bicara


Akhirnya kau meneruskan
cerita



Tentang adiknya yang sangat
dia cintai


Sampai kini tak kunjung
pulang


Kau berharap agar adikmu
cepat kembali


Hari kelima


Kau bercerita tentang
metropolitan


Yang penuh dengan aktivitas
kejahatan



Sikut kiri sikut kanan
itu kebiasaan


Apakah adikku selamat
dari todongan


Kesombongan dan kekerasan
zaman


Kau menangis lagi


Dan tak kuasa cerita lagi





Hari keenam


Aku masih teringat


Saat kau bertutur tentang
ibumu


Ketika dia mulai tua renta


Bahkan sampai akhir hayatnya


Kau katakan ibumu adalah
keabadian kasih



Tak pandang pamrih


Ikhlas dalam menjaga anak-anaknya


Inikah arti surga di bawah
telapak kaki ibu


Kau malah merenung sampai
tak cerita apapun lgi



Hari ketujuh



Ini hari terakhir kau
bercerita padaku


Karena aku akan ke rantau


Mencari pengalaman ke
kota orang


Kau berharp agar aku dapat
bertemu dengan adiknya


Dan menyampaikan salam
kekangenannya


Sekarang kau akan mencoba
untuk melupakannya



Karena adikmu tak memberi
kabar berita


Kau ucapkan selamat jalan
padaku


Inilah kisah seminggu
di ladang tua


Namun sampai kini ku takkan
lupa


Dan sekarang akan kucoba
mencari adiknya


Untuk membantu temanku
disana



Yang selalu berduka tentang
adiknya


Berdoalah temanku agar
aku menemukannya


Amiin




Diaolog
rasio dan hati


(Tentang ungkapan perasaan
hati)





Rasio berkata “
kenapa kau laukan itu hati?”


“entahlah, hanya
itu yang ingin aku katakan” jawab hati.


“apakah aku terlalu
….Egois, emosi atau agresif”,


Lanjut hati.


“sudahlah, mungkin
aku yang salah ?,



Aku tidak bisa memantaumu”,
lanjut rasio.


“tidak rasio, aku
terlalu memaksakan,


Seolah aku tak sadar dengan
keadaanku.


Mungkin aku benar-benar
lupa dan lalai,


Dan kau menganggapku konyol
khan ?”


Kata hati panjang lebar.



“biarlah rasio,
apa yang telah aku katakan


Aku yang akan menanggung
akibatnya


Aku telah coba melakukan
yag terbaik untukku


Walau harus menghancurkan
diriku


Asal aku tidak melukakan
orang lain


Aku akan tetap berbahagia.



Kau telah mengingatkanku
rasio, terima kasih”


Hati menambahkan ungkapannya.


“hati, biarlah semuanya
berjalan dengan relita


Mungkin kita harus bersikap
sedikit bijak


Tidak usah terlalu berharap”Rasio
menambahkan.


“aku setuju rasio”
sahut hati.



Lalu keduanya terdiam
seolah tidak ada pembicaraan lagi.


Dan begitulah sampai keduanya
terlelap dalam tidur karena kelelahan.






From
my friend


………..





Sobatku, di tengah malam


Yang sepi …..


Aku termenung sendiri


Dan dalam kesendirian
ini


Aku tak tahu apa …..


Rasa rindu selalu ada



Tapi akupun tak tahu


Apa yang aku rindukan
…..


Sobat, siramilah diriku


Dengan kasih dan cintamu…..


Agar aku tahu apa arti


Kesendirian dan rinduku
ini



From : Ririe




Betapa

Tuhan …


Betapa dingin dekapan-mu


Sejak aku tak pernah lagi
ke rumah-mu



Betapa kabur penglihatanku


Sejak cahaya-mu semakin
redup


Pada setiap sudut pengembaraanku


Betapa sunyi pendengaranku


Sejak aku tak perduli


Suara orang-orang memanggil-mu



Tuhan


Betapa seluruh tubuhku
luluh


Sebab matahari mengantarai
jarak kita semakin jauh


Tuhan


Betapa aku tak mampu


Luput dari dekapan-mu


Sebab kini kumengerti

Dirumah-mu aku adalah
tamu


from Dian H.




Yang tersayang




Kau bangun



Kugendong


Kutimang




Kau bermain


Kuasuh


Kutemani





Kau menangis


Kuhibur


Kucanda




Kau mengantuk


Kudendangkan



kukisahkan




Kau tidur


kubelai


kucium


Kudekap





Kau pergi


Kutersedu


Kucari


kurindu




Kau ….



From Dian






Tujuh Paragraf Saja



Paragraf pertama


Saat hujan semakin deras



kusuri jalan selangkah
demi selangkah


Kuraba bajuku yang sudah
kuyup


serasa dingin udara menusuk


sebentar kutoleh kebelakang


Begitu dalam arti perjalanan


percikan air adalah terpaan



Halilintar pemanis makna


Saat reda adalah harapan
jiwa


menjadikan terang nur
kehidupan




Paragraf kedua


Kala membayang terang
rembulan



merenung menjadi makana
harapan


waktu kecil adalah kedamaian


saat remaja masa pematangan
jiwa


kini kutatap cermin kedewasaan


kukerutkan keningku


seraya aku berkata pada
bayanganku



belajarlah dari perjalanan
hidupmu


raihlah cita-citamu diatas
bintang persia


dan jadilah dirimu dalam
sebuah jati diri











Paragraf ketiga


………………


………………………….


,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,


???????????????


FOR THIS FOEM TO BE CONTINUE





>>>PUISI-PUISI KENANGAN




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, komentar anda sangat berarti bagi ega. Isi pendapat anda tentang blog ini di Testimoni. Tinggalkan pesan di Blogroll untuk tukaran link